HAND OUT PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas
Jurusan/Prodi : DIV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
Semester : IV
Dosen : Serilaila, SKM,
MPH
POKOK
BAHASAN:
1. Konsep
kebidanan komunitas
2. Strategi
pelayanan kebidanan Komunitas
TUJUAN PEMBELAJARAN:
I.
Tujuan Umum:
Setelah
mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahsiswa mampu memahami tentang konsep
kebidanan komunitas dan strategi asuhan kebidanan komunitas dalam meningkatkan peran
serta masyarakat.
II.
Tujuan Khusus:
Di
akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian kebidanan komunitas
2. Menerangkan
riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain
3. Menjelaskan
fokus/sasaran
4. Menjelaskan
tujuan pelayanan kebidanan komunitas
5. Mengidentifikasi
pekerjaan bidan di komunitas
6. Menjelaskan
jaringan kerja kebidanan komunitas
7. Mengidentifikasi
startegi pelayanan kebidanan komunitas
8. Menjelaskan
pendekatan edukatif dalam peran serta masyrakat
9. Menerangkan
pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat
10. Menjelaskan
startegi pelayanan menggunakan/memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di
masyarakat
MATERI:
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
A. PENDAHULUAN
Di Indonesia
perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat dari sejak
dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini perkembangan
pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional. Pelayanan kebidanan
yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik
kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada didalam suatu
keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai pelaksana utama yang
memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga tinggal didalam suatu
masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena itu dalam memberikan pelayanan
tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai individu tetapi juga
mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini dapat
berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa
kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan
social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.
B. PENGERTIAN
KEBIDANAN KOMUNITAS
1.
Definisi
bidan
a.
Menurut
International Confederation Of
Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di
seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi
tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM).
Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun
2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.
b. Pengertian bidan menurut Kepmenkes no.
1464 tahun 2010 “Bidan” adalah seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Bidan
menurut IBI adalah adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister dan atau untuk secara sah mendapt lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.
2. Definisi Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan
menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause,
bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya
3. Definisi
Komunitas
a. Komunitas
adalah sekelompok orang yang hidup dan
saling berinteraksi di dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban.
b. Satu
kesatuan hidup manusia yang menempati
suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta
terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas
4. Definisi Bidan komunitas
a. Bidan komunitas menurut Syahlan adalan bidan yang
bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
b.
Menurut United
Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health) adalah:praktisi bidan yang berbasis
komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita,
pelayanan berkualitas, nasihat atau saran pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl
dan bayi secara komprehensif .
C. TUJUAN
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1. UMUM
Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya kes perempuan/ibu, bayi, dan balita di
wilayah kerjanya.
2.
KHUSUS
a. Meningkatkan
cakupan pelayanan keb kom sesuai tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan
mutu pelayanan bumil, bulin, bufas dan perinatal serta bayi dan balita secara
terpadu
c. Menurunkan
jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan, persalinan, nifas,
dan perinatal
d. Mendukung
program pemerintah untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu, bayi dan anak
e. Membangun
jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat atau
unsur terkait lainnya
D. SASARAN
KEBIDANAN KOMUNITAS
1.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu, Keluarga, dan Kelompok Masyarakat (
komuniti ). Individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keluarga adalah suami istri, anak
dan anggota keluarga lainnya Kelompok di masyarakat adalah kelompok bayi,
balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu meneteki. Pelayanan ini mencakup
upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan, penyembuhan serta
pemulihan kesehatan.
2.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga
dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, social budaya
dan lingkungan sekitarnya.
E. RIWAYAT
DAN PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1. Sejarah
Dan Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam Negeri
Perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan di Indonesia tidak
terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan
pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan
masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
a.
Pada
tahun 1907 (Zaman Gubernur Jendaral Hendrik William Deandels)
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda. AKI dan AKB sangat tinggi,
Tenaga penolong persalinan adalah dukun . Para dukun dilatih dalam pertolongan
persalinan tapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih
kebidanan. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di Indonesia.
b. Tahun
1849
Dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto), seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia
oleh seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) lulusan ini kemudian bekerja
di RS dan di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bidan.
c.
Tahun
1952
Mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung sampai
dengan sekarang yang memberikan kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
msyarakat dilakukan dengan kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus
tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula
di kota-kota besar lain. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup palayanan antenatal.
Postnatal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi.
Sedangkan diluar BKIA, bidan memberikan portolongan persalinan di rumah
keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari
pasca persalinan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan yang
terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Puskesmas pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di puskesmas barfungsi memberikan pelayan KIA termasuk pelayanan KB
baik diluar gedung maupun didalam gedung.Pelayanan kebidanan yang diberikan di
luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu :
pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
d.
Mulai
tahun 1990
Mulai tahun 1990 Pelayanan kebidanan diberikan secra merata dan dekat
masyarakat. Kebijakan ini melalui Inpres secara lisan pada sidang Kabinet tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun
tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana KIA kususnya dalam palayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta pelayanan kesehatan BBL, termasuk
pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan didesa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda
dengan halnya bidan yang bekerja di RS dimana pelayanan yang diberikan
berorientasi pada individu. Bidan di RS memberikan pelayanan poliklinik
antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di klinik KB, senam hamil, pendidikan
perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang
perinatal.
Bertitik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun
1994 yang menekankan pada kespro, memerlukan area garapan pelayanan bidan. Area
tersebut melipuiti :
1)
Family Planning
2)
PMS termasuk infeksi saluran reproduksi
3)
Safe Motherhood termasuk bayi baru
lahir dan perawatan abortus
4)
Kesehatan Reproduksi pada remaja
5)
Kesehatan Reproduksi pada orang tua
e.
Bidan
dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Permenkes.
Permenkes yang menyangkut wewanang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari ;
f.
Permenkes
No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada pertolongan persalinan
normal secara mandiri didampingi tugas lain
g.
Permenkes
No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989.
Wewenang bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus.
Dalam wewenang khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus
dibawah pengawasan dokter. Hai ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan
tugasnya tidak bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas tidakan yang dilakukan. Pelaksanaan dari Permenkes ini ,
bidan dalam melaksanakan praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.
h.
Permenkes
No. 572/VI/1996
Wewenang ini mengatur
tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya
diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan
dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup : pelayanan
kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana anak, pelayanan KB, pelayanan
kesehatan masyarakat.
i.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Dalam
melakukan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai
dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan keadaan
darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam
menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalamam berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai
dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah karena kewenangan yang diberikan
oleh Depkes ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga
profesional dan mandiri.
j.
Kepmenkes No. 1464/Menkes/SK/VII/2010 tentang
registasi dan izin praktek bidan yang belaku sekarang
2. SEJARAH
PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI
1. Yunani
Hipocrates
yang hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat sebutan Bapak Pengobatan karena selama hidupnya
menaruh
perhatian besar terhadap perawatan dan pengobatan serta kebidanan. Beliau
menganjurkan ibu bersalin ditolong dengan perikemanusiaan dan mengurangi
penderitaan ibu. Beliau menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan
selayaknya. Sehubungan dengan anjuran itu maka di negeri Yinani dan romawi
terlebih dahulu merawat wanita nifas.
2.
Roma
Soranus yang hidup pada
tahun 98-138 sesudah masehi. Beliau disebut Bapak Kebidanan karena dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian
terhadap kebidanan setelah masa Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan
hendaklah seorang ibu yang telah mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut
akan hantu, setan, serta menjauhkan tahayul.
Disamping itu beliau
pertama kali menemukan dan menulis tentang Versi
Podali, tapi sayang tidak disertai keterangan yang lengkap. Setelah Soranus
meninggal usahanya diteruskan oleh muridnya Moscion. Ia menulis buku yang merupakan pengajaran bagi
bidan-bidan. Bidan-bidan
dahulu seringkali tidak mendapatkan pengajaran, hanya bekerja berdasarkan
pengalaman dan keberanian. Buku yang ditulisnya itu diberi judul Katekismus bagi bidan-bidan Roma.
Dengan adanya buku itu majulah pengetahuan bidan.
Galen (129-201 Masehi) menulis beberapa teks tentang pengobatan
termasuk Obstetri dan Gynekologi. Dia juga mengambarkan
bagaimana bidan melakukan Dilatasi
Servik.
3.
Italia
Zaman setelah Moscion meninggal sampai abAd pertengahan merupakan
zaman yang galau bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi
mundur. Pengobatan menjadi mundur sekali. Di Eropa ilmu pengobatan kuno menjadi
satu dengan astrologi sedangkan yang mesih berusaha menpertahankan perkembangan
pengobatan kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab, karena pada waktu itu
pengobatan dan perawatan diabaikan tidak heranlah jika kebidanan juga
dilalaikan, umumnya orang menganggap bahwa kebidanan adalah satu hal yang
biasa.
Pada abad ke XV waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar,
pengobatan mulai maju lagi, terutama menganai antomi dan fisiologi tubuh
menusia. Diantara guru-guru besar Itali yang terkenal dan berjasa adalah :
a. Vesalius
b. Febricus
c. Eustachius
yang menemukan tuba Eustachius (saluran yang menghubungkan hidung, telinga dan
tenggorokan).
d.
Fallopius
menemukan Tuba Fallopii (saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus)
e.
Arantius
menemukan Ductus Arantii (pembuluh darah sementara pada janin)
4.
Perancis
Perkembangan yang diperoleh oleh guru besar Italia kemudian
mempengaruhi pengobatan, perawatan dan kebidanan di Perancis. Setelah
kebidanan dikenal, para wanita bangsawan
mempeloporinya. Apabila wanita bangsawan itu akan bersalin, terutama yang
tinggal di istana, mereka selalu memanggil Dokter atau Bidan, dicontoh oleh
kaum terpelajar dan kemudian berkembang pula diantara wanita-wanita biasa.
Tokoh
yang terkenal membawa perkembangan kebidanan di Perancis adalah :
a.
Amroise
Pare (1510-1590)beliau dikenal sebagai seorang ahli bedah, tetepi juga
memberikan kontribusi dalam bidang Obstetri dan Gynekologi. Beliau menemukan Versi Podali < sebagai mana yang
dikemukakan oleh Soranus dahulu, tetapi beliau memberikan cara-cara dengan
lengkap. Perasad ini
dikenal dengan Versi Ekstaksi (diputar) kemudian ditarik keluar.
b.
Grullemau,
beliau adalah murid dari Amroise Pare yang membantu dan meneruskan minat
gurunya.
c.
Louise
Bourgeois/ Boursie (1563-1636)ia dalah seorang bidan yang cakap, juga murid
dari Amroise Pare. Turut memperkenalkan versi ektraksi pada persalinan sukar.
Ia pertama kali menerbitkan buku tentang kebidanan
d.
Francois Mauriceau
Menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala pada letak sungsang agar
lebih mudah yaitu dengan memasukkan dua jari ke dalam mulut bayi agar kepala
bertambah fleksi. Cara ini hingga sekarang terkanal dengan istilah Cara Mauriceau atau Perasad Mauriceau.
5.
Inggris
a. William
Smellie, ( 1697-1763)
Beliau mengubah bentuk
cunam, serta menulis buku tentang pemasangan cunam dengan karangan yang
lengkap, ukuran-ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan biasa
b. William
Hunter (1718-1783)
Murid dari Willian
Smellie, yang memeruskan usahanya.
6.
Amerika
Serikat
Zaman dahulu kala di AS
persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan. Biasanya bila
wanita sukar melahirkan, ahli obat menganjurkan agar wanita itu diusir serta
ditakuti agar ras sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena kesakitan
dan keseduhannya. Menurut catatan Thimas yang pertama kali praktek di AS adalah
Samuel Fuller dan Istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson, ia menjadi bidan
pada tahun 1634, pergi ke Boston dan melaporkan disana ia telah menolong
persalinan dengan baik dan menghilangkan kepercayaan lama.
Kemudian nasib malang
menimpa Anne Hutchinson ketika ia menolong sahabatnya bernama Marry Dyer,
melahirkan anak dengan Anencephalus. Orang- orang mengecam Anne sebagai seorang
ahli sihir wanita. Akibat kecaman tu ia meninggalkan Boston dan pergi ke Long
Island, kemudian ke Pelham, New York. Disana ia terbunuh waktu ada
pemberontakan orang-orang Indian. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa
maka ia diperingati dengan nama Hutchinson
River Parkway
Setelah orang Amerika
mendengar perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika terpengaruh dengan
kemajuan di Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya. Antara lain :
a. Dr,
James Lloyd (1728-1810.
Beliau berasal dari
Boston, belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thimas.
b. Dr.
Willian Shippen (1736-1808)
Beliau berasal dari Philadelphia,
belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar pada Willian Smellie dan
Jhon, William Hunter dan Mackanzie. Sekembalinya di AS mengembangkan kebidanan
di Amerika. Pada tahun 1762 Dr. W. Shippen diizinkan mendirikan kursus
kebidanan di Philadelphia Gazette. Masyarakat banyak menaruh minat, pria maupun
wanitanya , sehingga kursusnya terdiri dari dari murid-murid pria dan wanita. Dalam praktek kebidanan murid-murid dipisahkan, murid
pria berpraktek pada praktek pratikulirnya sendiri. Kemudian didirikan rumah
sakit bersalin yang khusus untuk latihan muridnya. Kursus ini berlangsung terus
sampai tahun 1765, kemudian ditutup karena adanya sekolah kedokteran dari
Collage Philadelpjia. Dr. William Shippen diangkat menjadi professor Anatomi.
Pembedahan dan kebidanan diajarkan bersama-sama pada tahun 1810 setelah ada
pangangkatan dokter Thomas Chalkley James sebagai professor kebidanan. Ia
menganjurkan partus buatan pada bayi premature bila pinggul ibu nya sempit.
- Dr. Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742-1821. setelah menamatkan pelajarannya beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh hingga tamat. Kemudian meneruskan lagi ke London hingga pada tahun 1768 kembali ke Amerika Serikat pada umur 26 tahun.
Beliau terkenal dengan
memajukan berdirinya bagian kedokteran di King
yang sekarang menjadi Universitas Columbia Dr. J.V.L. Tennet yang
bekerja juga pada universitas itu menyebutnya sebagai professor kebidanan yang pertama
di King College. Kemudian Dr Samuel Bard menulis buku kebidanan yang lain dan
memuat pelajaran bagi dokter dan bidan. Isi buku tersebut antara lain sebagai
berikut :
1) Cara
pengukuran Conyungata diagonalis
2) Kelainan-kelainan
panggul
3)
Melarang
pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi
4)
kala
I, dari permulaan persalinan sampai pembukaan lengkap
5)
kala
II, dari pembukaan lengkap sampai kepala kelihatan di atas perineum
6)
kala
III, dari tampaknya kepala bayi diatas perineum sampai lahirnya seluruh tubuh
7)
Kala
IV, dari lahirnya anak sampai lahirnya plasenta.
8)
Menasehatkan
jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
9)
Mengajarkan
bahwa letak muka dapat lahir spontan
10) Melarang pemakaian cunam yang berulan-ulang karena banyak
menimbulkan kerugian.
d. Dr.
Walter Channing (1786-1876)
Walter Channing
mula-mula belajar kedokteran di universitas Pensylvania, kemudian meneruskan ke
Edenburgh dan London. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau diangkat sebagai
Profesor kebidanan di Sekolah Kedokteran Harvard, di mana sebelumnya diajarkan
subjek kebidanan sebagai subjek tersendiri. Dr. Walter Channing juga seorang
dokter yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas di RSU Boston, Amerika
Serikat.
F. RUANG
LINGKUP BIDAN KOMUNITAS
1.
Promotive
2.
Preventive
3.
Deteksi dini dan pertolongan tepat guna
4.
Memberi pelayanan kebidanan sesuai
kewenangan
5.
Meminimalkan kecacatan
6.
Rehabilitasi
7.
Kemitraan dg LSM, organisasi masy,
organisasi sosial, dll.
G. PERAN
FUNGSI BIDAN KOMUNITAS
Dilihat dari peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan
kode etik bidan maka peran bidan didalam komunitas adalah sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik dan juga peneliti. Pelayanan kebidanan komunitas mencakup pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan.
a.
Sebagai Pendidik
Dalam hal
ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya
sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain
dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga.
Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut
merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung
misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
b.
Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai
dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
1)
Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
5) Pengobatan
keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan
kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan
kesehatan anak balita.
c.
Sebagai Pengelola
Sesuai
dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh
: praktek mandiri/ BPS
d.
Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang
dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil
analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan
komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
e.
Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam
memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat.
f.
Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi
informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang
terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
g.
Sebagai Kolaborator
Kolaborasi
dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
h.
Sebagai Perencana
Melakukan
bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam
perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada
kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)
Dalam
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan
Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
H. KEGIATAN
DAN JARINGAN KERJA BIDAN KOMUNITAS
Sebenarnya kegiatan kebidanan komunitas telah lama terlaksana
ditengah-tengah masyarakat. Aktifitas kebidanan komunitas terutama adalah
melayani ibu dan anak balita diluar rumah sakit. Sebelum bekerja dikomunitas
seorang bidan harus mempunyai kompetensi yaitu memberikan asuhan yang bermutu
tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan
budaya setempat.
TEMPAT/BEKERJA BIDAN KOMUNITAS
a. bekerja
sendiri ( crok and flint, 1989)
b. anggota
tim PHC (primary Health Care) (marrsh, 1985)
c. mengalami
double/triple pekerjaan, bidan rs dan nakes di masy (smith, 1989)
d. bekerja
di rumah, klinik kesehatan masyarakat, basis-basis pusat kesehatan.
e. bertanggungjawab
untuk daerah yang sangat luas
PELAYANAN
KEBIDANAN KOMUNITAS
a. Dilakukan
diluar rumah sakit atau kelanjutan pelayanan
dari RS
b. Pelayanan
kes ibu, anak, balita di puskesmas, kunjungan rumah atau di lingkungan keluarga
c. Pelayanan
kesehatan yang ada di komunitas
I. KARAKTERISTIK
BIDAN KOMUNITAS
Bidan sebagai profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya,
adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan
yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai
pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar
pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi
profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
3. Pendidikan
yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang
lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
4. Lisensi:
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
5. Otonomi kerja: Profesional cenderung
mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya
intervensi dari luar.
6. Kode
etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
7. Mengatur
diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
8. Layanan
publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
9. Status
dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut
bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.
J. STRATEGI
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1) PENDEKATAN
EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Definisi
a. Secara umum
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
b. Secara khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.
2. Tujuan pendekatan edukatif
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas.
b. Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
3. Strategi dasar pendekatan edukatif
a. Mengembangkan provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Definisi
a. Secara umum
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
b. Secara khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.
2. Tujuan pendekatan edukatif
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas.
b. Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
3. Strategi dasar pendekatan edukatif
a. Mengembangkan provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider.
a. Macam
data yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku.
b. Pengembangan
masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merecanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merecanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan
3. PELAYANAN
YANG BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN MASYARAKAT.
Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2. General Content objektive approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Proses Objective approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader
MENGGUNAKAN ATAU
MEMANFAATKAN FASILITAS DAN POTENSI YANG ADA DI MASYARAKAT.Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2. General Content objektive approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Proses Objective approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial – ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktivitasnya.
1. Definisi
a. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya.
b. Pengembangna manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.
2. Langkah - langkah
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
3. Prinsip - prinsip dalam mengembangkan masyarakat
a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
4. Bentuk - bentuk program masyarakat
a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar