Rabu, 11 Maret 2015

KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS


HAND OUT PERKULIAHAN
Mata Kuliah                   : Asuhan Kebidanan Komunitas
Jurusan/Prodi                 : DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Semester                       : IV
Dosen                             : Serilaila, SKM, MPH

POKOK BAHASAN:
1.      Konsep kebidanan komunitas
2.      Strategi pelayanan kebidanan Komunitas
TUJUAN PEMBELAJARAN:
I.                   Tujuan Umum:
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahsiswa mampu memahami tentang konsep kebidanan komunitas dan strategi asuhan  kebidanan komunitas dalam meningkatkan peran serta masyarakat.
II.                Tujuan Khusus:
Di akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu:
1.      Menjelaskan  pengertian kebidanan komunitas
2.      Menerangkan riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain
3.      Menjelaskan fokus/sasaran
4.      Menjelaskan tujuan pelayanan kebidanan komunitas
5.      Mengidentifikasi pekerjaan bidan di komunitas
6.      Menjelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas
7.      Mengidentifikasi startegi pelayanan kebidanan komunitas
8.      Menjelaskan pendekatan edukatif dalam peran serta masyrakat
9.      Menerangkan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat
10.  Menjelaskan startegi pelayanan menggunakan/memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat

MATERI: KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
A.    PENDAHULUAN
Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional. Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada didalam suatu keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena itu dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.

B.     PENGERTIAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1.      Definisi bidan
a.       Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International  Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
b.      Pengertian bidan menurut Kepmenkes no. 1464 tahun 2010Bidan” adalah seorang perempuan  yang telah lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c.       Bidan menurut IBI adalah adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan atau untuk secara sah mendapt lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
2.      Definisi Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya
3.      Definisi Komunitas
a.       Komunitas  adalah sekelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban.
b.      Satu kesatuan hidup manusia  yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas
4.      Definisi Bidan komunitas
a.       Bidan komunitas menurut Syahlan adalan bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
b.      Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health) adalah:praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan berkualitas, nasihat atau saran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl dan bayi secara komprehensif .

C.     TUJUAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1.      UMUM
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kes perempuan/ibu, bayi, dan balita di wilayah kerjanya.
2.      KHUSUS
a.       Meningkatkan cakupan pelayanan keb kom sesuai tanggung jawab bidan.
b.      Meningkatkan mutu pelayanan bumil, bulin, bufas dan perinatal serta bayi dan balita secara terpadu
c.       Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal
d.      Mendukung program  pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu, bayi dan anak
e.       Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat atau unsur terkait lainnya

D.    SASARAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1.      Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu, Keluarga, dan Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang dilayani adalah bagian  dari keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keluarga adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di masyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
2.      Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya.

E.     RIWAYAT  DAN PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1.      Sejarah Dan Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam Negeri
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di  Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
a.      Pada tahun 1907 (Zaman Gubernur Jendaral Hendrik William Deandels)
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda. AKI dan AKB sangat tinggi, Tenaga penolong persalinan adalah dukun . Para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan tapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Pelayanan  kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di Indonesia.
b.      Tahun 1849
Dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di RS dan di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
c.       Tahun 1952
Mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberikan kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di msyarakat dilakukan dengan kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup palayanan antenatal. Postnatal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberikan portolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan yang terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Puskesmas pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas barfungsi memberikan pelayan KIA termasuk pelayanan KB baik diluar gedung maupun didalam gedung.Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
d.      Mulai tahun 1990
Mulai tahun 1990 Pelayanan kebidanan diberikan secra merata dan dekat masyarakat. Kebijakan ini melalui Inpres secara lisan pada sidang Kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana KIA kususnya dalam palayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta pelayanan kesehatan BBL, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan didesa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda dengan halnya bidan yang bekerja di RS dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di RS memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di klinik KB, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Bertitik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada kespro, memerlukan area garapan pelayanan bidan. Area tersebut melipuiti :
1)      Family Planning
2)      PMS termasuk infeksi saluran reproduksi
3)      Safe Motherhood termasuk bayi baru lahir  dan perawatan abortus
4)      Kesehatan Reproduksi pada remaja
5)      Kesehatan Reproduksi pada orang tua
e.       Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Permenkes. Permenkes yang menyangkut wewanang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari ;
f.       Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada pertolongan persalinan normal secara mandiri didampingi tugas lain
g.      Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989.
Wewenang bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus. Dalam wewenang khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hai ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung jawab  dan bertanggung gugat atas tidakan yang dilakukan. Pelaksanaan dari Permenkes ini , bidan dalam melaksanakan praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.
h.      Permenkes No. 572/VI/1996
Wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup : pelayanan kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana anak, pelayanan KB, pelayanan kesehatan masyarakat.
i.        Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Dalam melakukan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalamam berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah karena kewenangan yang diberikan oleh Depkes ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
j.        Kepmenkes No. 1464/Menkes/SK/VII/2010 tentang registasi dan izin praktek bidan yang belaku sekarang
2.      SEJARAH PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI
1.      Yunani
Hipocrates yang hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat sebutan Bapak Pengobatan karena selama hidupnya menaruh perhatian besar terhadap perawatan dan pengobatan serta kebidanan. Beliau menganjurkan ibu bersalin ditolong dengan perikemanusiaan dan mengurangi penderitaan ibu. Beliau menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan selayaknya. Sehubungan dengan anjuran itu maka di negeri Yinani dan romawi terlebih dahulu merawat wanita nifas.
2.      Roma
Soranus yang hidup pada tahun 98-138 sesudah masehi. Beliau disebut Bapak Kebidanan karena  dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian terhadap kebidanan setelah masa Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan hendaklah seorang ibu yang telah mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut akan hantu, setan, serta menjauhkan tahayul.
Disamping itu beliau pertama kali menemukan dan menulis tentang Versi Podali, tapi sayang tidak disertai keterangan yang lengkap. Setelah Soranus meninggal usahanya diteruskan oleh muridnya Moscion. Ia menulis buku yang merupakan pengajaran bagi bidan-bidan. Bidan-bidan dahulu seringkali tidak mendapatkan pengajaran, hanya bekerja berdasarkan pengalaman dan keberanian. Buku yang ditulisnya itu diberi judul Katekismus bagi bidan-bidan Roma. Dengan adanya buku itu majulah pengetahuan bidan.
Galen (129-201 Masehi) menulis beberapa teks tentang pengobatan termasuk Obstetri dan Gynekologi. Dia juga mengambarkan bagaimana bidan melakukan Dilatasi Servik.
3.      Italia
Zaman setelah Moscion meninggal sampai abAd pertengahan merupakan zaman yang galau bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi mundur. Pengobatan menjadi mundur sekali. Di Eropa ilmu pengobatan kuno menjadi satu dengan astrologi sedangkan yang mesih berusaha menpertahankan perkembangan pengobatan kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab, karena pada waktu itu pengobatan dan perawatan diabaikan tidak heranlah jika kebidanan juga dilalaikan, umumnya orang menganggap bahwa kebidanan adalah satu hal yang biasa.
Pada abad ke XV waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar, pengobatan mulai maju lagi, terutama menganai antomi dan fisiologi tubuh menusia. Diantara guru-guru besar Itali yang terkenal dan berjasa adalah :
a.       Vesalius
b.      Febricus
c.       Eustachius yang menemukan tuba Eustachius (saluran yang menghubungkan hidung, telinga dan tenggorokan).
d.      Fallopius menemukan Tuba Fallopii (saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus)
e.       Arantius menemukan Ductus Arantii (pembuluh darah sementara pada janin)
4.      Perancis
Perkembangan yang diperoleh oleh guru besar Italia kemudian mempengaruhi pengobatan, perawatan dan kebidanan di Perancis. Setelah kebidanan  dikenal, para wanita bangsawan mempeloporinya. Apabila wanita bangsawan itu akan bersalin, terutama yang tinggal di istana, mereka selalu memanggil Dokter atau Bidan, dicontoh oleh kaum terpelajar dan kemudian berkembang pula diantara wanita-wanita biasa.
Tokoh yang terkenal membawa perkembangan kebidanan di Perancis adalah :
a.       Amroise Pare (1510-1590)beliau dikenal sebagai seorang ahli bedah, tetepi juga memberikan kontribusi dalam bidang Obstetri dan Gynekologi. Beliau menemukan Versi Podali < sebagai mana yang dikemukakan oleh Soranus dahulu, tetapi beliau memberikan cara-cara dengan lengkap. Perasad ini dikenal dengan Versi Ekstaksi  (diputar) kemudian ditarik keluar.
b.      Grullemau, beliau adalah murid dari Amroise Pare yang membantu dan meneruskan minat gurunya.
c.       Louise Bourgeois/ Boursie (1563-1636)ia dalah seorang bidan yang cakap, juga murid dari Amroise Pare. Turut memperkenalkan versi ektraksi pada persalinan sukar. Ia pertama kali menerbitkan buku tentang kebidanan
d.      Francois Mauriceau
Menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala pada letak sungsang agar lebih mudah yaitu dengan memasukkan dua jari ke dalam mulut bayi agar kepala bertambah fleksi. Cara ini hingga sekarang terkanal dengan istilah Cara Mauriceau atau Perasad Mauriceau.
5.      Inggris
a.       William Smellie, ( 1697-1763)
Beliau mengubah bentuk cunam, serta menulis buku tentang pemasangan cunam dengan karangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan biasa
b.      William Hunter (1718-1783)
Murid dari Willian Smellie, yang memeruskan usahanya.
6.      Amerika Serikat
Zaman dahulu kala di AS persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan. Biasanya bila wanita sukar melahirkan, ahli obat menganjurkan agar wanita itu diusir serta ditakuti agar ras sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena kesakitan dan keseduhannya. Menurut catatan Thimas yang pertama kali praktek di AS adalah Samuel Fuller dan Istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson, ia menjadi bidan pada tahun 1634, pergi ke Boston dan melaporkan disana ia telah menolong persalinan dengan baik dan menghilangkan kepercayaan lama.
Kemudian nasib malang menimpa Anne Hutchinson ketika ia menolong sahabatnya bernama Marry Dyer, melahirkan anak dengan Anencephalus. Orang- orang mengecam Anne sebagai seorang ahli sihir wanita. Akibat kecaman tu ia meninggalkan Boston dan pergi ke Long Island, kemudian ke Pelham, New York. Disana ia terbunuh waktu ada pemberontakan orang-orang Indian. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa maka ia diperingati dengan nama Hutchinson River Parkway
Setelah orang Amerika mendengar perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika terpengaruh dengan kemajuan di Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya. Antara lain :
a.       Dr, James Lloyd (1728-1810.
Beliau berasal dari Boston, belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thimas.
b.      Dr. Willian Shippen (1736-1808)
Beliau berasal dari Philadelphia, belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar pada Willian Smellie dan Jhon, William Hunter dan Mackanzie. Sekembalinya di AS mengembangkan kebidanan di Amerika. Pada tahun 1762 Dr. W. Shippen diizinkan mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia Gazette. Masyarakat banyak menaruh minat, pria maupun wanitanya , sehingga kursusnya terdiri dari dari murid-murid pria dan wanita. Dalam praktek kebidanan murid-murid dipisahkan, murid pria berpraktek pada praktek pratikulirnya sendiri. Kemudian didirikan rumah sakit bersalin yang khusus untuk latihan muridnya. Kursus ini berlangsung terus sampai tahun 1765, kemudian ditutup karena adanya sekolah kedokteran dari Collage Philadelpjia. Dr. William Shippen diangkat menjadi professor Anatomi. Pembedahan dan kebidanan diajarkan bersama-sama pada tahun 1810 setelah ada pangangkatan dokter Thomas Chalkley James sebagai professor kebidanan. Ia menganjurkan partus buatan pada bayi premature bila pinggul ibu nya sempit.
    1. Dr. Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742-1821. setelah menamatkan pelajarannya beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh hingga tamat. Kemudian meneruskan lagi ke London hingga pada tahun 1768 kembali ke Amerika Serikat pada umur 26 tahun.
Beliau terkenal dengan memajukan berdirinya bagian kedokteran di King  yang sekarang menjadi Universitas Columbia Dr. J.V.L. Tennet yang bekerja juga pada universitas itu menyebutnya sebagai professor kebidanan yang pertama di King College. Kemudian Dr Samuel Bard menulis buku kebidanan yang lain dan memuat pelajaran bagi dokter dan bidan. Isi buku tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Cara pengukuran Conyungata diagonalis
2)      Kelainan-kelainan panggul
3)      Melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi
4)      kala I, dari permulaan persalinan sampai pembukaan lengkap
5)      kala II, dari pembukaan lengkap sampai kepala kelihatan di atas perineum
6)      kala III, dari tampaknya kepala bayi diatas perineum sampai lahirnya seluruh tubuh
7)      Kala IV, dari lahirnya anak sampai lahirnya plasenta.
8)      Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
9)      Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
10)  Melarang pemakaian cunam yang berulan-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
d.      Dr. Walter Channing (1786-1876)
Walter Channing mula-mula belajar kedokteran di universitas Pensylvania, kemudian meneruskan ke Edenburgh dan London. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau diangkat sebagai Profesor kebidanan di Sekolah Kedokteran Harvard, di mana sebelumnya diajarkan subjek kebidanan sebagai subjek tersendiri. Dr. Walter Channing juga seorang dokter yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas di RSU Boston, Amerika Serikat.
F.      RUANG LINGKUP BIDAN KOMUNITAS
1.      Promotive
2.      Preventive
3.      Deteksi dini dan pertolongan tepat guna
4.      Memberi pelayanan kebidanan sesuai kewenangan
5.      Meminimalkan kecacatan
6.      Rehabilitasi
7.      Kemitraan dg LSM, organisasi masy, organisasi sosial, dll.

G.    PERAN FUNGSI BIDAN KOMUNITAS
Dilihat dari peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan kode etik bidan maka peran bidan didalam komunitas adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan juga peneliti. Pelayanan kebidanan komunitas mencakup pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu :
a.       Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
b.      Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
1)  Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2)  Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
c.       Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
d.      Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
e.       Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang terjadi.  Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
f.       Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
g.      Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
h.      Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.

H.    KEGIATAN DAN JARINGAN KERJA BIDAN KOMUNITAS
Sebenarnya kegiatan kebidanan komunitas telah lama terlaksana ditengah-tengah masyarakat. Aktifitas kebidanan komunitas terutama adalah melayani ibu dan anak balita diluar rumah sakit. Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan harus mempunyai kompetensi yaitu memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
TEMPAT/BEKERJA BIDAN KOMUNITAS
a.       bekerja sendiri ( crok and flint, 1989)
b.      anggota tim PHC (primary Health Care) (marrsh, 1985)
c.       mengalami double/triple pekerjaan, bidan rs dan nakes di masy (smith, 1989)
d.      bekerja di rumah, klinik kesehatan masyarakat, basis-basis pusat kesehatan.
e.       bertanggungjawab untuk daerah yang sangat luas
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
a.       Dilakukan diluar rumah sakit atau kelanjutan pelayanan  dari RS
b.      Pelayanan kes ibu, anak, balita di puskesmas, kunjungan rumah atau di lingkungan keluarga
c.       Pelayanan kesehatan yang ada di komunitas

I.       KARAKTERISTIK BIDAN KOMUNITAS
Bidan sebagai profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya, adalah sebagai berikut :
1.      Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2.      Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3.      Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
4.      Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
5.       Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
6.      Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
7.      Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
8.      Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
9.      Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

J.       STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1)      PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Definisi
a. Secara umum
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
b. Secara khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.
2. Tujuan pendekatan edukatif
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah     kebidanan komunitas.
b.  Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
3. Strategi dasar pendekatan edukatif
a. Mengembangkan provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider.
a.       Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku.
b.      Pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merecanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan

3.      PELAYANAN YANG BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN MASYARAKAT.
Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2. General Content objektive approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Proses Objective approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader
MENGGUNAKAN ATAU MEMANFAATKAN FASILITAS DAN POTENSI YANG ADA DI MASYARAKAT.
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial – ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktivitasnya.
1. Definisi
a. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya.
b. Pengembangna manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.
2. Langkah - langkah
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
3. Prinsip - prinsip dalam mengembangkan masyarakat
a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
4. Bentuk - bentuk program masyarakat
a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar