HAND OUT PERKULIAHAN
Mata
Kuliah : Asuhan
Kebidanan Komunitas
Jurusan/Prodi : DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Semester : IV
Dosen : Serilaila, SKM,
MPH
POKOK BAHASAN:
Melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dalam konteks komunitas
TUJUAN
PEMBELAJARAN:
I. Tujuan
Umum:
Setelah
mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dalam konteks komunitas
II. Tujuan
Khusus:
Di akhir perkuliahan
diharapkan mahasiswa mampu:
1.
Menjelaskan pengertian asuhan kebidanan pada ibu hamil
dalam konteks komunitas
2.
Menerangkan
tentang tujuan asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam konteks komunitas
3.
Menjelaskan Standar asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam konteks
komunitas
4.
Menjelaskan Standar alat asuhan kebidanan
pada ibu hamil dalam konteks komunitas
5.
Menjelaskan Manajemen ibu antenatal asuhan
kebidanan pada ibu hamil dalam konteks komunitas
MATERI ASUHAN ANTENATAL DI KOMUNITAS
A.
PENDAHULUAN
Banyak masalah yang terjadi pada ibu hamil yang sering tidak diketahui,
dikarenakan para ibu hamil kurang menyadari banyaknya hal yang harus ibu
ketahui tentang kehamilannya. Jarangnya melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau
ke bidan praktik swasta menyebabkan terlambatnya mengetahui gejala patologis
tentang kehamilan itu sendiri.
Identifikasi ibu hamil adalah suatu cara pencegahan terjadinya patologis
kehamilan, oleh karena itu disarankan kepada ibu hamil agar memeriksakan
kehamilannya paling sedikit 4 kali pemeriksaan antental selama kehamilannya. Telah
disadari bahwa pertolongan pertama/penangan atau kegawatdaruratan obstetri
noenatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
pelayanan kebidanan disetiap tingkat pelayanan. bila hal tersebut
dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan berdasarkan itu
standar pelayanan kebidanan ini mencakup standar untuk penanganan keadaan
tersebut, disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar.
Pemberian
asuhan kehamilan tidak hanya dilakukan di klinik saja, tetapi dapat dimulai
dari sub sistem masyarakat (keluarga). Semua ibu hamil berpotensi mempunyai
resiko terjadinya bahaya/komplikasi dalam persalinan, dampak komplikasi
persalinan antara lain : Death; Disease; Disability; Discomfort;
Dissatisfaction. Upaya pencegahannya antara
lain dimulai dari pemberian asuhan
antenatal di komunitas. Hal ini perlu menjadi perhatian sehingga asuhan yang
diberikan dapat mendeteksi dan mencegah komplikasi secara dini dan mencegah
peningkatan angka kesakitan maupun kematian baik pada ibu maupun anak yang akan
dilahirkan.
B. PENGERTIAN
ASUHAN ANTENATAL
Pemeriksaan kehamilan untuk
melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala. Tiap
hasil pemeriksaan di ikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan selama kehamilan. Pengawasan
sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim .
C. TUJUAN
ASUHAN ANTENATAL
1.
Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan
kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi
dapat lahir dengan sehat.
2.
Tujuan Khusus
2.
Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
3.
Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan
bagian dari ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu
standar 3 – standar 8. Standar tersebut meliputi :
Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan
kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya secara
dini dan secara teratur.
Hasil yang diharapkan adalah :
2.
Ibu, suami, anggota masyarakat meyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini
dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Standar 4 : pemeriksaan dan pematauan antenatal
Bidan memberikan
sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan risti/kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus dapat mencatat data yang
tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Hasil yang diharapkan adalah :
4. Ibu
hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu
apa yang harus dilakukan.
5.
Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.
Standar 5 : palpasi abdominal
Bidan melakukan
pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk meperkirakan
usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah, msuknya kepala ke dalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
Hasil yang diharapkan adalah :
2.
Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu
hamil dengan anemia berat segera dirujuk.
2.
Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
3.
Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR
Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilandan
mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu
hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.
2.
Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat preeklamsia.
Standar 8 : persiapan persalinan
Bidan memberikan
saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester III
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan
aman dan suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan
mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
Hasil yang diharapkan adalah :
3.
Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu.
4.
Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.
STANDAR MINIMAL ASUHAN ANTENATAL 7T
1.
Timbang berat badan
2.
Ukur tekanan darah
3. Ukur
tinggi fundus uteri
4.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid
5.
Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Tes
terhadap infeksi menular seksual (IMS)
7.
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
1. Timbang Berat
Badan, Ukur Tekanan Darah, dan Tinggi Fundus Uteri
Salah satu indikator untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan, tekanan
darah,dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan.
Kunjungan dilakukan :
a. Sampai 28
minggu: 4 minggu sekali
b. 28-36 minggu : 2
minggu sekali
c. Diatas 36
minggu: satu minggu sekali
2. Ukur tekanan darah
Mengukur
tekanan darah untuk deteksi dini seperti adanya preeklamsi dan eklamsi
3. Ukur tinggi
fundus uteri
Untuk
memantau perkembangan janin
4. Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi atau neonatus yang
disebabkan oleh tetanus
TT1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah
4 minggu dari TT1
Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum ( 3
tahun )
Dengan pemberian imunisasi TT
diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum dalam
kurun waktu 3 tahun.
Dalam memberikan imunisasi TT, harus
dikaji tentang status imunisasi TT ibu yaitu :
1. Usia/tahun
kelahiran WUS (mencari riwayat imunisasi bayi)
2. Umur dibawah
20 tahun (lahir setelah 1987) Seorang WUS muda sebagian besar diperkirakan
telah mendapat imunisasi lengkap pada waktu bayi dan sekolah, sehingga sudah
memiliki status TT lengkap 5 dosis.
3. Umur antara
20-30 tahun (lahir antara 1987-1997)
Tanyakan
imunisasi yang pernah diterima pada saat bayi, anak sekolah, calon pengantin,
dan kehamilan sebelumnya.
Bila tidak mempunyai catatan/kartu imunisasi saat bayi maka abaikan pertanyaan
imunisasi saat bayi.
4. Umur diatas
30 tahun (lahir diatas 1997) pasti tidak mendapat imunisasi BIAS.
5. Imunisasi
Anak Sekolah
6.
Apakah lulus kelas 6 SD?
(bila ya,
pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 3)
·
Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?
·
Imunisasi calon pengantin
·
·Apakah saat calon pengantin mendapat suntikan
imunisasi di lengan?
·
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak
langsung ke pertanyaan 4)
·
·Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?
·
Apakah sudah pernah hamil sebelumnya?
·
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak
langsung ke pertanyaan 5)
·
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak
langsung ke pertanyaan 5)
·
Berapa jarak (interval) dari imunisasi TT yang didapat
saat catin dengan imunisasi saat hamil?
·
Imunisasi kegiatan akselerasi MNTE
·
Apakah pernah mendapat suntikan imunisasi di lengan
selain pada saat calon pengantin, dan masa kehamilan? Berapa
kali? Kapan?
5.
Tablet Besi
Diberikan untuk mencegah anemia
dalam kehamilan. Setiap
tablet mengandung FeSO4 320mg (zat
besi 60mg) dan asam folat 500µg. Pemberian dimulai dengan dosis satu tablet
sehari pada saat ibu tidak merasa mual, dan pemberian selama kehamilan minimal
sebanyak 90 tablet.
6.
Tes terhadap PMS
Ibu hamil merupakan kelompok resiko
tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk
mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular
seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung/dilahirkan. Upaya diagnosis yang dilakukan adalah dengan melakukan
diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi sesuai dengan gejala yang
muncul, dan memberikan konseling untuk rujukan.
7.
Temu Wicara Dalam Rangka Proses Rujukan
Ditujukan untuk ibu hamil dengan
msalah kesehatan atau komplikasi yang memerlukan rujukan., yang dimaksudkan
untuk memberikan konsuultasi atau melakukan kerja sama penanganan. Tindakan
yang harus dilakukan adalah :
a.
Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu
menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi.
b. Melampirkan
kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
c. Meminta ibu
untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.
e. Memberikan
layanan atau asuhan antenatal.
f. Perencanaan
dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah.
g. Menyepakati
di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran.
D. STANDAR ALAT
ANTENATAL
Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi
perlatan steril dan tidak steril, bahan-bahan habis pakai, formulir yang
disediakan dan obat-obatan.
Peralatan Tidak Steril
|
Peralatan Steril
|
Bahan Habis Pakai
|
Formulir yang Disediakan
|
Obat-Obatan
|
1. Timbangan dewasa
2. Pengukur tinggi badan
3. Sphygmomanometer (tensimeter)
4. Stetoskop
5. Funduskup
6. Termometer aksila
7. Pengukur waktu
8. Senter
9. Refleks hammer
10. Pita pengukur lingkar lengan atas
11. Pengukur hb
12. Metline
13. Bengkok
14. Handuk kering
15. Tabung urine
16. Lampu spiritus
17. Reagen untuk pemeriksaan urine
18. Tempat sampah
|
1. Bak instrumen
2. Spatel lidah
3. Sarung tangan
(handscoen)
4. Spuit (jarum)
|
a. Kasa
bersih
b. Kapas
c. Alkohol 70%
d.Larutan klorin
|
1.
Buku KIA
2.
Kartu status
3.
Formulir rujukan
4.
Buku register
5.
Alat tulis kantor
6.
Kartu penapisan dini
7.
Kohort ibu/bayi
|
a.
Golongan roborantia (Vitamin B6 dan B kompleks)
b. Tablet zat besi
c. Vaksin TT
d.Kapsul Yodium
e. Obat KB
|
E. MANAJEMEN
ASUHAN ANTENATAL
Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan
langkah-langkah alamiah sistematis yang dilakukan bidan, dengan
tujun untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat
berdasarkan standar yang berlaku. Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan harus
melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan
recana kelahiran, penolong persalinan, tempat
bersalinan, tabung untuk bersalinan, dan mempersiapkan recana apabila terjadi
komplikasi.
Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan
menemui ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama kehamilan atau
antenatal care (ANC) diantaranya adalah ibu sakit, tidak ada transportasi,
tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak
mau ke pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan:
1.
Melakukan kunjungan rumah;
2.
Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan;
3.
Apabila ada masalah, coba untuk membuat ibu dalam mencari pemencahannya;
Kunjungan
Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama
antenatal care :
1.
Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14
2.
Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14 sampai minggu
ke -28
3. Dua
kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-36
dan setelah minggu ke-36
1.
Pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan
5.
Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan
Pelaksanaan
Asuhan Antenatal di Rumah
Bidan dapat
melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal di rumah.
4.
Sebelum melakukan suhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari,
dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu
serta keluarga
5.
Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai dengan standar,
kemudian identifikasi lingkungan rumah apabila ibu mempunyai rencana melahirkan
dirumah
Pemilihan
Tempat Persalinan
Pemilihan tempat persalinan
dimasyarakat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan kebidanan yang
lalu, keadaan kehamilan pada saat
ini, pengalaman melahirkan sebelumnya, serta ketersediaan tempat tidur, kondisi
rumah, sehingga dapat memilih tempat persalinan hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan dilakukan
pada ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter
2.
Selama proses persalinan ibu
memerlukan rasa aman, nyaman, dan percaya terhadap orang yang menolong
3. Tempat persalinan harus
direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya rujukan secara estafet. Bidan harus
melakukan skrining antenatal pada semua ibu hamil atau penapisan dini pada ibu
hamil yang berpotensi mempunyai masalah atau faktor resiko. Skrining antenatal
dilakukan dengan menggunakan prinsip 4T yaitu Temu muka, Temu wicara, Temu
faktor resiko, dan Temu keluarga.
a. Ciptakan
adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah mungkin dan
membuatnya merasa nyaman
d. Melakukan
peeriksaan seperlunya
e. Melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya albumin, Hb)
f. Membantu ibu
dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan tindakan darurat
g. Memberikan
konseling sesuai kebutuhan
h. Merencanakan
dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.
i.
Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari
pertolongan apabila ada tanda-tanda seperti perdarahan pervagina, sakit kepala
lebih dari biasanya, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan,
nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasanya
k. Memberikan
imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc
l.
Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
m. Mendokumentasikan
hasil kunjungan.
DAFTAR PUSTAKA :
Andayani, Ayu Rai. 2008. Skrining
TT WUS Eliminasi Tetanus Maternal – Neonatal. Bali: Dinas Kesehatan
Provinsi.
Kusmiyati,
Yeni dkk. . Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus
Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar